Apapun hambatan yang menghalangi, namun
pendidikan harus tetap maju!
Kesedihan Rahmi
Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Bahasa Korea, impian Rahmi Sumber: lontar.id |
Berita sedih didapat oleh Rahmi, ia tidak
lulus seleksi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Ia hanya punya satu keinginan, kuliah di
jurusan Bahasa Korea di Universitas Indonesia (UI)! Betapa sedihnya hati saya melihat kesedihan
sang gadis semata wayang! Tak tahan
melihat kesedihannya, saya menyendiri di kamar dan berbaring sambil menutup
mata, agar kesedihan saya tak terlihat oleh Rahmi.
Tak disangka, Rahmi menghampiri ke kamar dan
kemudian berkata,”Bunda, maafkan Rahmi ya, tidak lulus SBMPTN,” sambil memegang
tangan saya.
Aduh, tak tahan hati saya mendengar permintaan
maafnya.”Bukan Nak, itu bukan salah Rahmi!” segera saya jawab perkataannya.
Lanjut saya,“Bunda tahu, Rahmi telah berusaha
giat belajar, shalat Tahajud, membaca Al Qur’an, dan puasa Senin-Kamis. Namun, memang Rahmi belum berhasil
mendapatkan fakultas yang diinginkan.”
Saya dan suami pun berdiskusi tentang hal ini
dan sepakat akan menanyakan, bagaimana rencana Rahmi selanjutnya.
“Rahmi ingin kuliah di jurusan Bahasa Korea
UI!” tegasnya, ketika kami memberikan alternatif untuk kuliah di universitas
swasta atau perguruan tinggi kedinasan.
Sejak kecil Rahmi memang teguh dengan pendirian dan keinginannya.
Mendengar ketegasan keinginannya, saya pun
menjawab,”Nak, kalau ingin jurusan tersebut, Rahmi harus siap menghadapi lebih
dari 1500 orang pelajar yang akan menjadi pesaingmu.”
“Kalau benar-benar itu pilihan Rahmi, yuk,
kita gedor pintu langit!” lanjut saya.
“Bagaimana caranya, Bun?” Tanya Rahmi kembali.
“Rahmi harus benar-benar tekun belajar, baik
di bimbingan test, maupun di rumah.” Lanjut saya,”Selain itu, Rahmi harus
meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya, yuk, kita gedor pintu langit,
Ayah dan Bunda akan membantu lewat do’a.”
“Kita gedor pintu langit, dengan Rahmi tekun
beribadah, menunaikan shalat Tahajud, shalat Hajat, shalat Dhuha, membaca Al
Qur’an, serta puasa Senin-Kamis, tidak lupa bersedekah dengan berapapun uang
yang dimiliki.”
Rahmi hanya diam mendengarkan uraian panjang
dari saya, ia memang tidak menjawab, tetapi ia mengerjakan semua saran saya dan
ayahnya dengan tekun! Tiada hari dilalui
Rahmi tanpa belajar dan beribadah, sesekali ia refreshing bersama teman-teman
SD, SMP, maupun SMA nya. Ia memang masih
menjalin persahabatan dengan beberapa teman sekolahnya tersebut.
Tibalah saatnya seleksi SBMPTN di tahun
berikutnya. Sibuk ia meminta dido’akan oleh kami, kedua orang tuanya, untuk kelulusan testnya kali ini. Tak lupa ia meminta dido’akan kepada nenek,
om, dan tante-tantenya. Ia memang dekat
dengan kami semua, kami bangga padanya dengan kegigihan dan ketekunannya! Selesai mengikuti test, kami berdebar menanti
saatnya pengumuman. Rahmi juga mengikuti
beberapa test yang diadakan perguruan tinggi negeri (PTN) lainnya.
Hari bergulir, tibalah saat pengumuman
SBMPTN! Pengumuman di kirimkan ke akun
masing-masing peserta seleksi pada pukul 3 sore. Kami tidak sabar menunggu pukul 3 sore di
depan komputer desktop di rumah.
Akhirnya tepat 3 sore, kami, saya dan ayah Rahmi, mendampinginya membuka
akunnya, penasaran! Daaan…
Alhamdulillah! Impianmu tercapai,
Nak! Kabar baik ini juga merupakan
pelipur hati kami yang masih belum pulih karena bangkrutnya bisnis dan memiliki
dampak yang berlarut-larut terhadap keuangan kami.
Rahmi terpilih sebagai salah satu mahasiswi
jurusan Bahasa Korea UI, Alhamdulillah!
Adik-adik Rahmi, nenek, om, dan tantenya pun bahagia mendengar kabar
ini. Hal ini karena ia cucu ibuku yang
pertama kuliah di universitas negeri, maklum ia adalah cucu pertama!
Masalah berikutnya adalah biaya kuliah di
UI! Ada beberapa pilihan biaya kuliah,
hmmm… ini adalah masalah selanjutnya!
Setelah kami cari informasi, Alhamdulillah di UI, Rahmi dapat
melanjutkan beasiswa Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang didapatnya pada saat SMA,
dalam bentuk KJMU (Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul). Selama ada keinginan, pasti ada jalan,
Alhamdulillah!
Seiring dengan keberhasilan Rahmi masuk ke
jurusan dan universitas impiannya, hal ini mendorong semangat belajar Aulia dan
Zikri pula. Mereka saat itu masih di SMA
dan SMP. Alhamdulillah ya Allah!
Cita-cita Aulia
Aulia semakin termotivasi menjadi seorang
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), setelah melihat kesuksesan
uninya (kakak perempuan dalam bahasa Minang).
Ia lebih rajin belajar daripada sebelumnya, dan juga lebih rajin melatih
fisiknya dengan renang dan lari. Saya katakan
padanya.”Kak, Bunda hanya mengizinkan untuk menjadi TNI AD, selama test dengan
hasil sesuai dengan kemampuan, tidak ada alternatif lain!”
Saya dan suami agak khawatir, bagaimana jika
Aulia tidak mendapatkan apa yang menjadi mimpinya, yaitu sebagai TNI AD? Jangan sampai ia frustrasi, karena tidak
dapat meraih impiannya! Karena menjadi
TNI AD harus melalui seleksi yang ketat dan berlapis. Lalu, kami pun membujuknya untuk memiliki
alternatif jurusan yang ia inginkan.
Karena ia memiliki hobi memasak juga, maka
kami sarankan ia untuk memilih Sekolah Perhotelan Enhaii di Bandung, ia juga
memilih jurusan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Hal yang paling penting bagi kami, apapun
yang dipilih adalah hal yang sesuai dengan mimpi atau cita-citanya. Namun, kita juga harus menyediakan alternatif
lain sebagai pilihan, bukan? Kami hanya
dapat memberikan semangat dan motivasi kepada Aulia, serta do’a yang terus
terangkai selama masa perjuangannya meraih cita-cita dan impiannya.
Impian Zikri
Tak berbeda dengan Aulia, semangat belajar
Zikri pun terus tumbuh untuk meraih cita-cita dan impiannya. Zikri yang saat Rahmi diterima di UI masih
bersekolah di SMP negeri, termotivasi untuk bersekolah di SMA negeri tempat
uninya bersekolah juga.
Perjuangan yang tak mudah harus dilalui Zikri
untuk dapat bersekolah di SMA tersebut, ia harus ikut 3 kali penyaringan, ia
diterima lewat jalur penerimaan peserta didik (PDB) seleksi KJP, setelah gagal
pada jalur seleksi lokal dan jalur seleksi umum, Alhamdulillah!
Satu pesan yang saya sampaikan, baik kepada
Zikri, Aulia, maupun Rahmi,”Nak, kalian dapat bersekolah dengan fasilitas
beasiswa dari pemerintah yang berarti juga uang rakyat, maka harus dibuktikan
dengan prestasi dan nilai yang baik.
Jangan kalian sia-siakan pengorbanan rakyat pada kalian.”
Seperti Rahmi, Zikri pun memiliki impian untuk
kuliah di UI, tetapi di jurusan Ilmu Komputer, karena ia senang mengutak-atik
komputer di sekolah untuk membantu guru komputernya. Untuk itu ia memilih jurusan MIPA (Matematika
IPA) di SMA-nya, hal ini juga karena ia menyenangi mata pelajaran IPA dan
matematika, selain Bahasa Inggris. Zikri
juga menyukai lagu-lagu Korea, lho, seperti uni-nya!
Seperti juga kedua kakaknya, Zikri juga
memilih ekstrakurikuler Paskibra (Pasukan Pengkibar Bendera) di SMA-nya. Namun, ia memiliki impian untuk dapat
tergabung di Paskibraka (Pasukan Pengkibar Bendera Pusaka), yang juga bertujuan
merealisasikan mimpi kakak-kakaknya.
Apapun impian dan cita-citamu, Nak, akan kami dukung, asalkan kalian
tetap menjalankan ibadah dan mengamalkan agama dalam kehidupan sehari-hari
kalian. Sebab, ketika seseorang benar-benar mengamalkan agamanya, ia akan
menjadi orang yang santun, yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, beretika,
bertata karma.
Semoga kalian menjadi anak-anak yang sholeh,
sholehah, kebanggaan keluarga, agama, bangsa dan negara Indonesia, Aamiin Yaa
Rab.
2 Comments
sepakat banget sama mbak.. yang penting tetap menjalankan ibadah dan mengamalkan agama.. sukses selalu untuk anak anaknya mbak..
ReplyDeleteMemang seharusnya mendukung :D
ReplyDeleteSebisa mungkin dukung, semangati, karena ya, kalau sudah segede itu, dia pasti sudah tau mau dikemanakan hidupnyaa :D