Hai, friends!
Kali ini saya akan menceritakan salah satu mimpi saya, yaitu berkunjung ke kota impian. Kota yang paling saya mimpikan untuk berkunjung (lagi) yang pertama adalah Mekkah. Friends, tahukah kalian, ketika berada di Mekkah, saya tidak terlalu tertarik untuk berbelanja (he he he....memang tidak terlalu suka berbelanja, sih).
Mekkah dan Madinah, Antara Impian dan Kenyataan
Ketika berada di Mekkah, yang sangat ingin dilakukan adalah beribadah dan beribadah. Ketika shalat di Mesjidil Haram, saya dan teman-teman lebih suka shalat di sekitar Ka'bah. Tak terasa air mata mengalir ketika memandang Ka'bah, hati tidak pernah berhenti bersyukur kepada Allah, tidak pernah menyangka akan tiba juga di tanah suci impian saya saat itu dan selamanya.
Teringat suatu ketika, ketika sedang naik Metromini 612 dari terminal Kampung Melayu, ibu yang duduk di sebelah saya menegur terlebih dulu mengajak bicara. Menurut pengakuannya, beliau adalah pensiunan dosen sebuah universitas negeri yang dahulu berlokasi di Jakarta. Suatu pertanyaan beliau ajukan, "Mbak, sudah pergi haji?". Saya jawab, "Belum, Bu". Kemudian beliau lanjutkan percakapannya, "Mbak, rezeki itu dari Allah, mintalah ke Allah. Kerjakan shalat sunnat Dhuha sebanyak 12 rakaat dan mintalah ke Allah agar dapat umroh ataupun haji ke Mekkah dan Medinah, saya mengerjakan itu dan Alhamdlillah saya dapat naik haji tanpa biaya, karena sesungguhnya rezeki itu dari Allah". Pada saat itu, saya berjanji dalam hati untuk istiqomah melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 12 rakaat setiap hari.
Sampai suatu saat impian saya terkabul, saya dapat melaksanakan ibadah umroh dengan tanpa biaya. Alhamdulillah, saya pergi umroh menemani ibu, Kalau Allah sudah menetapkan, tidak ada seseorangpun bisa menolaknya. Di Mekkah, kami menghabiskan waktu beribadah di mesjidil Haram, mendirikan shalat fardhu maupun shalat sunnat.
Kota kedua yang saya impikan untuk berkunjung (lagi) adalah kota Medinah. Kota ini adalah kota yang pertama saya kujungi ketika umroh. Karena memang berniat ibadah, maka walaupun lewat toko-toko yang menjual aneka suvenir, saya tidak tergoda untuk berbelanja. Di Medinah, saya dan ibu lebih banyak menghabiskan waktu beribadah di Mesjid Nabawai, shalat wajib, shalat sunnat Tahiyat Masjid, dan shalat-shalat sunnat lainnya serta bertafakur di mesjid.
Mengapa saya lebih senang beribadah di Mesjidil Haram dan Mesjid Nabawi? Karena nilai ibadahnya berkali-kali lipat dari nilai ibadah di selain kedua mesjid tersebut. Interior di mesjid Nabawi sangat indah, tak henti syukur dipanjatkan atas rezeki yang dilimpahkan oleh Allah. Di Medinah, saya dan rombongan juga berkunjung ke Museum Al Qur'an, napak tilas ke mantan rumah Ali RA dan Fathimah, putri Rasulullah yang pernah digunakan sebagai mesjid. Napak tilas ke mantan rumah Abu Bakar RA yang masih mirip seperti pada waktu masih beliau diami. Kami tidak berkunjung ke mantan rumah Umar bin Khattab RA, karena agak jauh letaknya dari mesjid Nabawi. O, iya di Mekkah dan Medinah tidak ada kendaraan umum untuk jarak dekat. Jadi, lebih banyak dihabiskan dengan berjalan kaki, so friends, kaki kita harus kuat, agar tetap kuat berjalan. Namun, bagaimanapun setelah berkunjung ke Mekkah dan Medinah, selalu saja ingin berkunjund dan berkunjung kembali kesana.
Kota Impian Berikutnya
Kota impian berikutnya adalah kota di Turki, Tokyo, London, Nederland, Swiss, Singapura.tentunya juga kota-kota di indonesia, Bukittinggi (tentunya karena dari sisi saya berasal), Yogyakarta, Denpasar, Ujung Pandang, Batam. Hmmm...banyak ya? Tidak apa-apa, namanya juga mimpi...
0 Comments