Jam Gadang, Jam Unik Kebanggaan Masyarakat Minang, Dulu Dan Kini

Hello, Eduptisers!

Tahukah kalian dengan jam gadang, jam kebanggaan masyarakat Minang di Sumatera Barat? Yap, Jam Gadang yang berada di Kota Bukittingi adalah jam yang unik, karena jam ini mempunyai kembaran, lho!  O, iya? Iyaaa...lah... kembaran jam gadang adalah  Big Ben di London.  Keren, kan, Friends?

Jam Gadang dan Big Ben

Friends, Jam Gadang dan Big Ben dibuat oleh pembuat jam yang sama, yaitu Bernhard Vortmann.  Kedua jam ini digerakkan secara mekanik.  Sebagai tambahan pengetahuan, mesin penggerak jam hanya dibuat dua di dunia, lho, friends!  Satu untuk Jam Gadang dan satu untuk Big Ben, oke banget, kan? 

Pada bagian belakang lonceng Jam Gadang, tertera nama Vortmann Relinghausen.  Vortmann, merupakan nama belakang pembuatnya, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota tempat jam ini dibuat pada tahun 1892.

Jam Gadang(Sumber:koleksi pribadi) 
Big Ben (Sumber: pixabay.com)
                                                                                                      
                                                                       

Perkembangan Menara Jam Gadang dari Masa ke Masa

Dalam perkembangannya, menara Jam Gadang yang didirikan pada tahun 1926, mengalami beberapa perubahan bentuk, lho, Friends.  Perubahan tersebut, yaitu:


Jam Gadang 3 Zaman
(Sumber:http://alfhazona.blogspot,co,id/2015/07/keunikan-angka4-pada-jam-gadang.html)Add caption


1. Pada masa awal pendiriannya, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada menara Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya.

2. Pada masa pendudukan Jepang, atap pada menara Jam Gadang diubah menjadi bentuk pagoda.

3. Pada masa sebelum Indonesia merdeka, atap pada menara Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang.  Bentuk ini pun bertahan sampai sekarang.

Menara Jam Gadang Unik

Menara Jam Gadang itu unik, lho, Friends!  Menara kebanggan masyarakat Minang ini tidak dibangun dari besi dan semen, tetapi menara ini dibangun dari campuran putih telur, kapur dan pasir putih, lho!  Terbayang, kan, berapa banyak putih telur yang diperlukan untuk membangun Menara Jam Gadang, Edutipsers? 

Pembangunan menara ini menelan biaya sekitar 3000 Gulden, lho, friends!  Biaya yang fantastis untuk pembangunan pada masa tersebut, dengan perancang menara adalah urang Minang, yaitu Jazid Radjo Mangkuto.  Wow, jadi urang awak juga sudah ahli, lho, Friends! Hebat, bukan?

Keunikan berikutnya, karena menjadi pusat perhatian setiap orang, sejak pendiriannya, Menara Jam Gadang yang merupakan kebanggaan masyarakat Minang dijadikan sebagai titik nol Kota Bukittinggi, lho, Friends!

Pada tahun 1988, ketika penulis berkunjung ke Bukittinggi, Menara Jam Gadang berdiri hanya dengan pagar dengan sekelilingnya.  

Namun, kini Menara Jam kebanggaan Masyarakat Minang ini juga dikelilingi oleh taman yang membuat nyaman penduduk ataupun para wisatawan bersantai maupun ber-selfie ria.  Iyaaa lah, kan, Friends, sekarang ini semua harus selfie dulu.  Selain itu, Menara Jam Gadang juga dikelilingi oleh Mall dan kantor-kantor pemerintahan dan nun jauh di sana, tampaklah sebentuk gunung yang menambah indah pemandangan yang melatari Menara yang menjadi pusat perhatian masyarakat ini.

Taman di sekitar Menara Jam Gadang, Bukittinggi
                      (Sumber: koleksi pribadi)

                                       
O, iya, friends, siapakah diantara kalian yang belum berkunjung ke Menara Jam Gadang?  Menyenangkan, lho, berkunjung ke kota yang indah dan dipenuhi dengan makanan yang enak menggoda selera khas Bukittinggi.  Yuk, cuzz ah ke Bukittinggi, Friends.....


Evalina





Post a Comment

17 Comments

  1. Saya pernah lihat mbak dan ke sana subhanallah memang bagus sekali kapan ya bisa ke sana lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang lebih bagus lagi mbak, dengan taman disekelilingnya

      Delete
  2. Saya pernah lihat mbak dan ke sana subhanallah memang bagus sekali kapan ya bisa ke sana lagi

    ReplyDelete
  3. Aku belum pernah ke Jam Gadang. Sudah lama mupeng betul, tapi ya gitu deh, akrena perginya harus romnongan jadi mikir2 sama akomodasinya, hehe. Semoga suatu hari ada kesempatan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah-mudahan keinginannya bisa terlaksana ya mbak....

      Delete
  4. MaasyaAllah, semoga saya bisa ke sana suatu saat menyaksikannya langsung. Lihat dari foto aja saya sudah terkesima, cakep ya mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, cakep in sya Allah bisa kesana

      Delete
  5. Liat menara jam gadang memang sngat identik dengan Big Ben di London ya.. cuma beda musim aja hehehe. Semoga next ada waktu dan kesempatan nyamperin keduanya. Amiìnn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, mudah-mudahan keinginannya bisa terlakasana

      Delete
  6. Saya belum berkunjung ke jam gadang bun, padahal pengen banget selfi di sana haha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah-mudahan bisa selfi disana, mbak...

      Delete
  7. Saya belum pernah kesana, mupeng Mba. Semoga ada kesempatan dan rejekinya berkunjung langsung kesana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. In sya Allah ada waktu dan rejekinya, mbak

      Delete
  8. wow menara jam gadang dibangun dari campuran putih telur, kapur, dan pasir putih. Kuat juga ya meski nggak pakai semen? Luar biasa ya masyarakat zaman dulu ndak kalah kreatifnya sama orang zaman sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak campurannya memang sangat baik kualitasnya....

      Delete
  9. Jadi kangen kampung halaman 😭
    Setiap Minggu biasanya ini spot favorit aku untuk jogging sari Simp. Tembok ke Jam Gadang. Sebelum pulang singgah dulu makan lontong di psr atas. Hehe... atuhla aku jadi pengen mudik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow, habis jogging, sarapan...mantaap banget uni....

      Delete