Kelahiran Aulia, membuat bertambah semaraknya
warna kehidupan keluarga kami. Satu PR (pekerjaan
rumah) bagi kami adalah tetap memperhatikan pendidikan anak pertama, Rahmi
disamping melakukan pengasuhan bayi kedua, Aulia. Alhamdulillah Rahmi tidak merasakan cemburu
terhadap kehadiran adik barunya.
Melibatkan Rahmi sebagai kakak secara emosional dan lewat majalah
Membantu anak pertama berperan sebagai kakak Sumber: Victoria Boronova, Pexels.com |
Hal ini kami syukuri, karena kami telah
melibatkan Rahmi secara emosional terhadap kehadiran adik barunya sejak Aulia
dalam kandungan. Hal ini dilakukan,
selain juga mengenalkan lewat majalah yang dimiliki dan kami baca bersama. Rahmi cukup antusias dalam menyambut
kehadiran adik barunya. Sesekali ia
ingin menyentuh adiknya, dan kami membiarkannya selama masih dalam
pengawasan. Ia pun sangat suka dan
antusias membantu mempersiapkan baju atau popok Aulia ketika akan mandi.
Kejadian lucu yang dialami Rahmi sebagai seorang kakak
Satu hal kejadian lucu, terjadi pada saat
Aulia baru berusia seminggu di rumah.
Ketika itu, dua orang sepupu, Fat dan Yus berkunjung ke rumah untuk
mengunjungi Aulia yang baru lahir. Rahmi
semula hanya mengintip dan mengamati tamu dari kejauhan (yah, dia memang bukan
orang yang mudah dekat secara emosional dengan orang yang baru dilihat atau dikenal!).
Kemudian secara tiba-tiba, ia
menghampiri tamu dan mengambilkan snack di toples yang terletak di meja tamu dan
menawarkannya kepada Fat dan Yus.
Saya dan mami saya yang melihat kejadian yang
spontan tersebut hanya bisa senyum saja, karena dengan kejadian tersebut, Rahmi
telah dapat melakukan hal yang tidak biasa ia lakukan. Rahmi belajar berkomunikasi dengan orang yang
baru dikenal, walau tanpa kata-kata!
Ternyata snack tersebut dikembalikan ke toples
oleh Fat dan Yus, karena mungkin mereka segan terlalu cepat menyantap snack,
maklum saja saat itu mereka baru tiba di rumah kami. Namun, melihat hal itu, Rahmi kembali
mengambilkan snack tersebut dan menyerahkan langsung ke tangan Fat dan
Yus! O, walaupun tanpa diiringi untaian kalimat,
Rahmi ingin Fat dan Yus untuk segera menyantap snack tersebut!
Fat dan Yus pun berkata serentak sambil
tersenyum,”O, tante harus makan snack ini, ya?” kepada Rahmi. Setelah menyerahkan snack, Rahmi pun kembali
bermain. Kami hanya bisa tertawa dan geleng-geleng
kepala melihat tingkah lucu Rahmi, hal ini menyatakan bahwa ia mulai menyadari,
bahwa ia sudah besar dan menjadi tuan ruamah yang baik, he he he.
Berbagi tugas merawat dan mendidik Rahmi dan Aulia
Kehadiran Aulia, membuat saya dan suami mulai
berbagi tugas dalam merawat dan mendidik anak, agar Aulia dapat dirawat, tetapi
Rahmi tidak merasa terabaikan. Fokus
saya lebih kepada pengasuhan Aulia, walau tetap melibatkan Rahmi. Sedangkan suami lebih fokus untuk merawat
Rahmi. Alhamdulillah suami adalah ‘ketua
tim keluarga’ yang kompak, ia dapat mengurus Rahmi sendiri dari mandi, memberi
makan, sampai mengajak bermain! Saya
jadi tidak merasa terlalu lelah untuk merawat dan mendidik dua anak sekaligus!
Di sela-sela kesibukan merawat Aulia, saya
masih memberikan waktu untuk bermain sambil belajar bersama Rahmi. Terkadang Aulia pun dilibatkan untuk bermain,
walaupun tentunya ia belum mengerti, hal ini agar dapat menyambungkan secara
emosional antara Rahmi dan adiknya.
Membantu Rahmi menjaga peran sebagai kakak!
Pada saat siang hari, Aulia tidur di ranjang
bayi sendiri. Namun, suatu hari ada hal
yang mengejutkan! Rahmi tiba-tiba sudah
duduk di samping adiknya yang sedang tertidur!
Kami khawatir Rahmi menggendong adiknya tanpa sepengetahuan kami,
tentunya ia belum paham cara menggendong bayi yang benar, bukan?
Dengan tidak mengagetkannya, maka kami segera
mengambil Rahmi dari ranjang bayi, sambil mengatakan,”Adik lagi tidur, yuk,
kita main!”
Rahmi pun menurut, bermain kembali bersama
teman-temannya. Rahmi diasuh oleh ibu
tetangga yang rumahnya bersebelahan dengan kami. Sejak, saat itu saya mengajarkannya cara menggendong
Aulia, namun berpesan, jika ia ingin menggendong Aulia, hanya kalau ada bunda
atau ayah saja. Rahmi anak yang cerdas,
dia cepat memahami perkataan orang dewasa kepadanya.
Mendorong kemampuan motorik atau pun kemampuan belajar Rahmi
Cepat memahami perkataan orang dewasa, membuat
kami harus berhati-hati bicara di dekat Rahmi!
Dia pun suka membaca dan bermain, untuk itu kami membelikannya buku
mewarnai atau membaca serta mainan yang mendidik. Kami lebih suka membelikannya mainan yang
mendorong kemampuan motorik atau pun kemampuan mengenal bentuk dan warna! Satu hal kekurangannya adalah tidak mudah
dekat dengan orang yang baru dilihat atau pun dikenal. Namun, hal itu juga menguntungkan bagi kami,
saya dan suami, karena merasa aman, Rahmi tidak mudah diajak oleh orang lain!
Kami juga membelikan mainan bagi Aulia, dan
melibatkan Rahmi di dalamnya, sehingga seolah-olah Rahmi sedang mengajarkan
Aulia, misalnya tentang bentuk atau pun warna.
Aulia pun terlihat senang, ketika diajak bermain maupun bernyanyi
bersama Rahmi. Ia akan tertawa riang,
ketika melihat kakaknya berjoget menirukan irama lagu yang di setel di radio tape! Dengan melibatkan pada permainan dan
kegiatan-kegiatan tersebut, maka kepercayaan dirinya sebagai kakak pun makin
tumbuh dan berkembang!
Sebagaimana saudara yang lain, Rahmi dan Aulia
pun kadang-kadang berebut mainan! Namun,
hal ini tidak berlangsung lama, mereka akan bermain dan bernyanyi bersama saya lagi.
Perkembangan Aulia
Aulia merupakan anak yang lincah, dia pun
cepat belajar dengan baik, dan juga dekat dengan kakaknya, Rahmi. Pada saat mulai bisa belajar berjalan, ia tak
lelah-lelahnya berjalan sambil berlari sambil menghamburkan barang yang ada di
dekatnya! Hanya pada saat tidur, ia akan
diam, sangat energik! Di kemudian hari,
ketika sudah mengikuti pelatihan di kantor tentang tipe-tipe manusia atau gaya
belajar, maka saya ketahui, Aulia memiliki tipe kinestetis, yaitu orang yang
suka bergerak. Jika ingin berbicara, ia
akan menyentuh tangan orang yang ia ajak bicara.
Aulia menyukai mainan mobil-mobilan, perlengkapan
seperti tentara dan macam-macam mainan hewan.
Setiap pergi, ia akan membeli mainan-mainan tersebut. Setelah usia SD, Aulia pun bercita-cita
menjadi seorang TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)! Aamiin Yaa Rab, semoga terlaksana
cita-citamu, Nak!
Sayangnya pertumbuhan gigi Aulia tidak bagus,
mungkin karena pada saat mengandungnya saya menderita penyakit typhus dan
mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasinya!
Ia juga memiliki kebiasaan untuk tidak mengunyah makanan, tetapi ‘mengemut’
makanan, sehingga makanan bertahan lama di mulut!
Bahkan satu kebiasaan baginya sejak bisa makan
makanan padat adalah waktu makan yang sangat lama! Makan 1 mangkok bayi nasi dan lauk pauk
dihabiskan sekitar 3 sampai 4 jam! Jadi
1 hari itu, jadualnya adalah makan sambil bermain, karena makanannya tidak
dikunyah, akan tetapi ‘diemut’!
Makan paginya dari pukul 7 sampai pukul 10-11
pagi, makan siang dari pukul 1 siang sampai dengan pukul 4 sore! Hal ini berlangsung sampai usia 5 tahun/ Tubuh Aulia kurus, tetapi sangat lincah
bergerak, karena lama ‘mengemut’ makanan, gigi susunya pun berbentuk segitiga
berwarna kecokelatan! Dia akan memilih
membeli mainan, jika diberikan pilihan membeli mainan atau makan, he he
he. Namun, demikian Aulia adalah anak
yang cerdas, lincah, dia pun memiliki logika yang baik, Alhamdulillah
1 Comments
Nice sharing mba, aku bentar lagi lahiran anak kedua dan anak pertamaku baru 2 tahun 😂. Makasih sudah menginspirasi. Aku dan suami jg bakal berbagi tugas nih dalam mengasuh anak biar si kakak gak merasa terabaikan ☺️
ReplyDelete